Takut Akan Tuhan: Teladan Obaja yang Bersungguh-sungguh dan Setia
Dalam 1 Raja-Raja 18:3 dikisahkan bahwa “Ahab telah memanggil Obaja yang menjadi kepala istana. Obaja itu seorang yang sungguh-sungguh takut akan TUHAN.” Sikap Obaja ini sepatutnya menjadi kekuatan dan inspirasi bagi kita sebagai orang yang juga takut akan Tuhan.
Apa makna ‘takut akan Tuhan’ dalam hidup Obaja?
Takut akan Tuhan bukan sekadar rasa takut biasa, melainkan kesungguhan hati untuk taat dan setia kepada Allah meski menghadapi risiko berat, bahkan nyawa. Obaja membuktikan ketakutannya kepada Tuhan ketika ia tetap setia menjalankan perintah Tuhan walaupun kondisi sangat berbahaya.
Ketika diperintah oleh Raja Ahab untuk mencari air dan rumput bagi ternaknya, Obaja bertemu dengan nabi Elia (ayat 12-16). Elia memerintahkan Obaja untuk menyampaikan kepada Ahab bahwa “Elia ada.” Mengapa ini menjadi momen berbahaya? Karena jika Ahab dan tentaranya mengejar dan tidak menemukan Elia, maka Ahab bisa menuduh Obaja berbohong, yang berarti Obaja bakal mengalami kematian.
Namun, sikap Obaja tetap teguh. Meskipun risiko nyawanya besar, ia menunjukkan ketakutan yang benar kepada Tuhan, bukan takut pada manusia. Obaja rela mempertaruhkan hidupnya demi kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan.
Dua hal utama yang mencerminkan takut akan Tuhan dalam diri Obaja:
- Obaja sungguh-sungguh takut akan Tuhan
Sikap takut yang membekas dalam hati Obaja menggerakkan segala tindakannya. Dia sadar bahwa Allah lebih utama daripada raja atau manusia mana pun. Ketakutan ini bukan membuatnya mundur, melainkan membuatnya bertindak dengan penuh keberanian dan kesetiaan. (ayat 2,12) - Obaja menjadi alat Tuhan
Obaja bukan hanya takut dan taat, tetapi juga dipakai Allah menjadi perantara untuk rencana-Nya. Dengan keberanian dan ketakutannya yang benar, ia menjadi bagian dari karya Allah di tengah situasi yang penuh tantangan. (ayat 4,13)
Apa yang dapat kita pelajari dan praktikkan?
Sikap takut akan Tuhan seperti Obaja mengajak kita untuk menempatkan Allah sebagai pusat utama hidup, lebih tinggi daripada ketakutan kita kepada manusia, masalah, atau situasi sulit yang dihadapi. Takut akan Tuhan berarti:
- Bersungguh-sungguh taat kepada perintah-Nya, walau konsekuensinya sulit dan membahayakan.
- Siap menjadi alat Tuhan, memegang peranan penting dalam rencana-Nya dan berani menjalankan kehendak-Nya.
- Memperlihatkan keteguhan iman dan keberanian dalam menghadapi pergumulan sehari-hari yang menuntut kita untuk memilih jalan benar.
Pertanyaan refleksi bagi kita semua:
- Apakah saya benar-benar takut akan Tuhan seperti Obaja?
- Apakah saya siap taat dan setia pada Allah, bahkan ketika itu harus menghadapi tantangan berat?
- Apakah saya mau menjadi alat Tuhan yang dipakai untuk mewujudkan kehendak-Nya di dunia ini?
Kesimpulan:
Takut akan Tuhan bukanlah ketakutan yang melemahkan, tetapi ketakutan yang menguatkan kita untuk hidup taat dan setia kepada Allah. Mari kita belajar dari teladan Obaja yang bersungguh-sungguh takut akan Tuhan dan siap menjadi alat-Nya, sehingga dalam setiap langkah kita senantiasa berada dalam lindungan dan berkat Allah.


